BerdasarkanPertumbuhan Kota dan Sosio Kulturnya ( Menurut Lewis Munford) a) Eopolis Stage (Peralihan dari tradisional ke arah KLASIFIKASI KOTA 4. Berdasarkan Hierarki Penduduknya (Tim Progresif) a. Kota Kecamatan kurang dari 20.000 jiwa b. Kota kecil jiwa
Mahasiswa/Alumni Universitas Negeri Surabaya27 September 2021 1340Hallo Kak Artha, kakak bantu jawab ya pertanyaan dari kamu ..... Klasifikasi kota berdasarkan tahap perkembangan dan sosio kulturalnya dapat dijelaskan sebagai berikut 1. Tahap eopolis sebagai awal pembentukan kota yang tentu saja berakar di daerah perdesaan. 2. Tahap polis yang terbentuk ketika asosiasi beberapa desa terjadi. Pada tahap ini sebuah komunitas tumbuh di sekitar inti wilayah dengan pemerintahan dan lembaga-lembaga sendiri. 3. Tahap metropolis yang terbentuk dengan perkembangan struktur ruang kota yang lebih besar. Kota sudah mampu memberikan pengaruh terhadap wilayah di sekitarnya. Tahap ini dicirikan oleh spesialisasi perdagangan dengan surplus produk-produk regional. 4. Tahap megalopolis yang ditandai dengan lebih banyak keragaman budaya. Pada tahap ini terjadi ekspansi industri dan pertumbuhan kota yang berlebihan. Tahap ini menjadi awal kemunduran kota. 5. Tahap tiranopolis yang ditandai dengan lingkungan kota memburuk dan orang-orang lari ke perdesaan. necropolis di mana kota semakin membusuk. Peradaban menurun. Perang, kelaparan, dan penyakit terjadi di mana-mana dan membawa kota menuju kehancuran. Semoga membantu Jenjang 12 SMA Topik Interaksi desa dan kota
Yangdimaksud dengan klasifikasi kota adalah usaha untuk menggolong-golongkan kota-kota tertentu atas dasar karakteristiknya. Karakteristik kota sendiri dapat mempunyai realisasi yang bermacam-macam. , keadaan sosio-kulturalnya atau keadaan tekniko kulturalnya. Oleh karena itu pada hakikatnya masa kehidupan seseorang tidak dapat selalu
1RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN RPP BAB 2 INTERAKSI KERUANGAN DESA DAN KOTA Satuan Pendidikan Sekolah Menengah Atas Negeri 17 Jakarta Mata Pelajaran Geografi Kelas/Semester XII / 1 Alokasi Waktu 24 x 45 menit KOMPETENSI INTI 1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya. 2. Mengembangkan perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli, santun, ramah lingkungan, gotong royong, kerjasama, cinta damai, responsif dan proaktif dan menunjukan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan bangsa dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia. 3. Memahami dan menerapkan pengetahuan faktual, konseptual, prosedural dalamilmu penge-tahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memec-ahkan masalah 4. Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan. KOMPETENSI DASAR DAN INDIKATOR Kompetensi Dasar Indikator Menganalisis pola persebaran dan interaksi spasial antara desa dan kota untuk pengembangan ekonomi daerah. Membandingkan pola persebaran dan interaksi spasial antara desa dengan kota dengan menggunakan peta tematik..  Menganalisis pola keruangan desa.  Mengidentifikasi bentuk interaksi desa dengan kota dalam pembangunan daerah.  Menganalisis gerak sentripetal, sentrifugal, lateral.  Menganalisis Perkembangan kota dan alih fungsi lahan.  Mengidentifikasi interaksi desa-kota kaitannya dengan distribusi barang dan orang serta pengembangan ekonomi wilayah. PERTEMUAN I A. Tujuan Pembelajaran Melalui kegiatan ceramah, life skills, dan diskusi, setelah mempelajari Bab ini siswa diharapkan mampu 1. Mengidetifikasi pola keruangan desa 2. Mendeskripsikan pengertian dan pola persebaran desa B. Materi Pembelajaran Pola keruangan desa, pengertian desa dan pola persebaran desa C. Metode Pembelajaran Pendekatan umum Scientific Strategi pembelajaran Pembelajaran Snowball Throwing Metode Ceramah, life skills, dan diskusi 2D. Sumber/ Bahan/ Alat Belajar 1. Media Microsoft PowerPoint Bab 3 Buku Aktif dan kreatif Belajar Geografi 3. 2. Alat Alat dan bahan untuk kegiatan diskusi. Peta atau atlas Indonesia. Komputer dan Proyektor. 3. Sumber Buku Aktif dan kreatif Belajar Geografi 3, literatur ilmiah buku atau jurnal, internet, dan lingkungan sekitar. E. Kegiatan Pembelajaran 1. Kegiatan Pendahuluan a. Apersepsi guru menyapa siswa dan mengabsen. b. Guru bertanya tentang pola keruangan desa, pengertian desa dan pola persebaran desa. 2. Kegiatan Inti a. Pada kegiatan inti, guru dapat melakukan kegiatan pembelajaran dengan menggunakan model dan pendekatan yang telah disebutkan pada metode pembelajaran. Langkah-langkahnya, dapat diintegrasikan pada kegiatan berikut. Mengamati Observing 1 Mengamati gambar untuk mengidentifikasi Pola keruangan desa, pengertian desa dan pola persebaran desa. 2 Memperhatikan pola persebaran desa Menanya Questioning 1 Memberikan tes secara lisan untuk dapat analisis pola keruangan desa, pengertian desa dan pola persebaran desa. 2 Meminta peserta didik untuk menceritakan mengenai hasil analisis. Pengumpulan data Experimenting 1 Meminta peserta didik untuk menyimpulkan mengenai hasil analisis. 2 Menambahkan informasi yang didapatkan dari media lain seperti buku atau internet. Mengasosiasi Associating 1 Mencatat informasi baru yang didapatkan di pencarian pola keruangan desa, pengertian desa dan pola persebaran desa. Mengkomunikasikan Communicating 1 Peserta didik menceritakan krakteristik tentang pola keruangan desa, pengertian desa dan pola persebaran desa. 2 Memberikan penegasan pada materi yang harus dikuasai peserta didik dan meluruskan jika terjadi kesalahan konsep. 3. Kegiatan Penutup a. Mendorong siswa untuk melakukan, menyimpulkan, merefleksi, dan menemukan nilai-ni-lai yang dapat dipetik dari aktivitas hari ini. b. Guru mengajukan beberapa pertanyaan secara lisan untuk menguji wawasan siswa menge-nai materi yang telah disampaikan. c. Mengingatkan siswa untuk bersyukur atas kekuasaan Tuhan yang mampu menciptakan makhluk hidup dan alam dengan bermacam peranan dan manfaat untuk kehidupan. d. Memberikan penghargaan pujian dalam lisan atau tulisan kepada kelompok atau individu berkinerja baik. PERTEMUAN II A. Tujuan Pembelajaran Melalui kegiatan diskusi, life skills, dan penugasan, setelah mempelajari Bab ini siswa diharapkan mampu 1. Menjelaskan klasifikasi desa 33. Membedekan klasifikasi desa berdasarkan kemampuannya B. Materi Pembelajaran Klasifikasi desa C. Metode Pembelajaran Pendekatan umum Scientific Strategi pembelajaran Pembelajaran Group Investigation Metode Diskusi, life skills, dan penugasan D. Sumber/ Bahan/ Alat Belajar 1. Media Microsoft PowerPoint Bab 3 Buku Aktif dan kreatif Belajar Geografi 3. 2. Alat gambar/foto desa berdasarkan klasifikasinya. Alat dan bahan untuk kegiatan diskusi seperti peta atau atlas Indonesia. Komputer dan Proyektor. 3. Sumber Buku Aktif dan kreatif Belajar Geografi 3, literatur ilmiah buku atau jurnal, internet, dan lingkungan sekitar. E. Kegiatan Pembelajaran 1. Kegiatan Pendahuluan a. Apersepsi guru menyapa siswa dan mengabsen. b. Guru bertanya tentang klasifikasi desa di Indonesia. 2. Kegiatan Inti a. Pada kegiatan inti, guru dapat melakukan kegiatan pembelajaran dengan menggunakan model dan pendekatan yang telah disebutkan pada metode pembelajaran. Langkah-langkahnya, dapat diintegrasikan pada kegiatan berikut. Mengamati Observing 1 Memperhatikan klasifikasi desa berdasarkan kegiatan pokok dan kegiatan yang menonjol. 2 Mengamati klasifikasi desa berdasarkan kemampuannya. Menanya Questioning 1 Meminta peserta didik membuat 10 kelompok untuk membedakan klasifikasi desa berdasarkan kegiatan pokok dan kegiatan yang menonjol juga kemampuannya. 2 Masing-masing kelompok menceritakan materi tentang klasifikasi desa. Pengumpulan data Eksperimen/Exsplorasi 1 Secara acak, peserta didik memyampaikan hasil diskusi dengan kelompoknya. 2 Menambahkan informasi yang didapatkan dari media lain seperti buku atau internet. Mengasosiasi Associating 1 Menyimpulkan klasifikasi desa berdasarkan kegiatan pokok dan kegiatan yang menonjol 2 Menyimpulkan klasifikasi desa berdasarkan kemampuannya. Mengkomunikasikan Communicating 1 Masing-masing kelompok membacakan kesimpulan hasil diskusi kelompok di depan kelas. 2 Memberikan penegasan pada materi yang harus dikuasai peserta didik dan meluruskan jika terjadi kesalahan konsep. 3 Memberikan komentar dari setiap penampilan siswa. 3. Kegiatan Penutup a. Mendorong siswa untuk melakukan, menyimpulkan, merefleksi, dan menemukan nilai-ni-lai yang dapat dipetik dari aktivitas hari ini. b. Guru mengajukan beberapa pertanyaan secara lisan untuk menguji wawasan siswa menge-nai materi yang telah disampaikan. c. Mengingatkan siswa untuk bersyukur atas kekuasaan Tuhan yang mampu menciptakan makhluk hidup dan alam dengan bermacam peranan dan manfaat untuk kehidupan. d. Memberikan penghargaan pujian dalam lisan atau tulisan kepada kelompok atau individu berkinerja baik. 4PERTEMUAN III dan IV A. Tujuan Pembelajaran Melalui kegiatan ceramah, life skills, dan diskusi, setelah mempelajari Bab ini siswa diharapkan mampu 1. Mengidetifikasi pola keruangan kota 2. Mendeskripsikan klasifikasi kota B. Materi Pembelajaran Pola keruangan kota C. Metode Pembelajaran endekatan umum Scientific Strategi pembelajaran Pembelajaran Student Facilitator and Explaining Metode Ceramah, life skills, dan diskusi D. Sumber/ Bahan/ Alat Belajar 1. Media Microsoft PowerPoint Bab 3 Buku Aktif dan kreatif Belajar Geografi 3. 2. Alat foto klasifikasi kota. Alat dan bahan untuk kegiatan diskusi seperti peta atau atlas Indonesia. Komputer dan Proyektor. 3. Sumber Buku Aktif dan kreatif Belajar Geografi 3, literatur ilmiah buku atau jurnal, internet, dan lingkungan sekitar. E. Kegiatan Pembelajaran 1. Kegiatan Pendahuluan a. Apersepsi guru menyapa siswa dan mengabsen. b. Guru bertanya tentang pengertian kota 2. Kegiatan Inti a. Pada kegiatan inti, guru dapat melakukan kegiatan pembelajaran dengan menggunakan model dan pendekatan yang telah disebutkan pada metode pembelajaran. Langkah-langkahnya, dapat diintegrasikan pada kegiatan berikut. Mengamati Observing 1 Mengamati penjelasan guru tentang pengertian kota. 2 Mengamati pengklasifikasian kota berdasarkan fungsi, bentuk fisik, dan pola pertumbuhannya. Menanya Questioning 1 Memberikan tes secara lisan untuk dapat analisis pengetahuan dasar siswa terhadap kota. 2 Meminta peserta didik untuk mengklasifikasikan kota berdasarkan fungsi, bentuk fisik, dan pola pertumbuhannya.. Pengumpulan data Eksperimen/Exsplorasi 1 Meminta peserta didik untuk menyimpulkan mengenai hasil analisis. 2 Menambahkan informasi yang didapatkan dari media lain seperti buku atau internet. Mengasosiasi Associating 1 Mencatat informasi baru yang didapatkan di pencarian informasi tambahan tentang pengklasifikasian kota berdasarkan fungsi, bentuk fisik, dan pola pertumbuhannya.. Mengkomunikasikan Communicating 1 Peserta didik menceritakan krakteristik tentang pengklasifikasian kota berdasarkan fungsi, bentuk fisik, dan pola pertumbuhannya.. 2 Memberikan penegasan pada materi yang harus dikuasai peserta didik dan meluruskan jika terjadi kesalahan konsep. 3. Kegiatan Penutup a. Mendorong siswa untuk melakukan, menyimpulkan, merefleksi, dan menemukan nilai-ni-lai yang dapat dipetik dari aktivitas hari ini. 5b. Guru mengajukan beberapa pertanyaan secara lisan untuk menguji wawasan siswa menge-nai materi yang telah disampaikan. c. Mengingatkan siswa untuk bersyukur atas kekuasaan Tuhan yang mampu menciptakan makhluk hidup dan alam dengan bermacam peranan dan manfaat untuk kehidupan. d. Memberikan penghargaan pujian dalam lisan atau tulisan kepada kelompok atau individu berkinerja baik. PERTEMUAN V dan VI A. Tujuan Pembelajaran Melalui kegiatan diskusi, life skills, dan penugasan, setelah mempelajari Bab ini siswa diharapkan mampu 1. Menganalisis struktur kota 2. Menjelaskan teori konsentris, sektor, konsektoral, dan pusat kegiatan banyak. B. Materi Pembelajaran Struktur kota teori konsentris, sektor, konsektoral, dan pusat kegiatan banyak. C. Metode Pembelajaran Pendekatan umum Scientific Strategi pembelajaran Pembelajaran Jigsaw Metode Diskusi, life skills, dan penugasan D. Sumber/ Bahan/ Alat Belajar 1. Media Microsoft PowerPoint Bab 3 Buku Aktif dan kreatif Belajar Geografi 3. 2. Alat Alat dan bahan untuk kegiatan diskusi seperti atlas atau peta Indonesia. Komputer dan Proyektor. 3. Sumber Buku Aktif dan kreatif Belajar Geografi 3, literatur ilmiah buku atau jurnal, internet, dan lingkungan sekitar. E. Kegiatan Pembelajaran 1. Kegiatan Pendahuluan a. Apersepsi guru menyapa siswa dan mengabsen. b. Guru bertanya tentang struktur kota 2. Kegiatan Inti a. Pada kegiatan inti, guru dapat melakukan kegiatan pembelajaran dengan menggunakan model dan pendekatan yang telah disebutkan pada metode pembelajaran. Langkah-langkahnya, dapat diintegrasikan pada kegiatan berikut. Mengamati Observing 1 Memperhatikan struktur kota di wilayah Indonesia. 2 Mengamati penjelasan guru tentang beberapa teori mengenai struktur kota. Menanya Questioning 1 Meminta peserta didik membuat beberapa kelompok sesuai dengan teori struktur kota. 2 Masing-masing kelompok menceritakan materi tentang struktur kota teori konsentris, sektor, konsektoral, dan pusat kegiatan banyak. Pengumpulan data Eksperimen/Exsplorasi 1 Secara acak, peserta didik memyampaikan hasil diskusi dengan kelompoknya. 2 Menambahkan informasi yang didapatkan dari media lain seperti buku atau internet. Mengasosiasi Associating 1 Menyimpulkan potensi struktur kota teori konsentris, sektor, konsektoral, dan pusat kegiatan banyak tersebut. 2 Menelaah upaya upaya menanfaatkan potensi struktur kota teori konsentris, sektor, konsektoral, dan pusat kegiatan banyak tersebut. 61 Masing-masing kelompok membacakan kesimpulan hasil diskusi kelompok di depan kelas disertai gambar yang mendukung. 2 Memberikan penegasan pada materi yang harus dikuasai peserta didik dan meluruskan jika terjadi kesalahan konsep. 3 Memberikan komentar dari setiap penampilan siswa dan menjelaskan potensi fisik dan sosial masing-masing pulau besar/kepulauan tersebut. 3. Kegiatan Penutup a. Mendorong siswa untuk melakukan, menyimpulkan, merefleksi, dan menemukan nilai-ni-lai yang dapat dipetik dari aktivitas hari ini. b. Guru mengajukan beberapa pertanyaan secara lisan untuk menguji wawasan siswa menge-nai materi yang telah disampaikan. c. Mengingatkan siswa untuk bersyukur atas kekuasaan Tuhan yang mampu menciptakan makhluk hidup dan alam dengan bermacam peranan dan manfaat untuk kehidupan. d. Memberikan penghargaan pujian dalam lisan atau tulisan kepada kelompok atau individu berkinerja baik. PERTEMUAN VII dan VIII A. Tujuan Pembelajaran Melalui kegiatan Ceramah, tanya jawab, artikulasi, dan diskusi, setelah mempelajari Bab ini siswa diharapkan mampu 1. Menganalisis interaksi desa dengan kota dalam pengembangan ekonomi daerah. 2. Mengidentifikasi faktor pergerakan manusia, barang, jasa maupun informasi. B. Materi Pembelajaran interaksi desa dengan kota dalam pengembangan ekonomi daerah. C. Metode Pembelajaran Pendekatan umum Scientific Strategi pembelajaran Pembelajaran Skrip Kooperatif Metode Ceramah, tanya jawab, artikulasi, dan diskusi D. Sumber/ Bahan/ Alat Belajar 1. Media Microsoft PowerPoint Bab 3 Buku Aktif dan kreatif Belajar Geografi 3. 2. Alat Alat dan bahan untuk kegiatan diskusi. Komputer dan Proyektor. 3. Sumber Buku Aktif dan kreatif Belajar Geografi 3, literatur ilmiah buku atau jurnal, internet, dan lingkungan sekitar. E. Kegiatan Pembelajaran 1. Kegiatan Pendahuluan a. Apersepsi guru menyapa siswa dan mengabsen. b. Guru bertanya tentang interaksi desa dengan kota dalam pengembangan ekonomi daerah.. 2. Kegiatan Inti a. Pada kegiatan inti, guru dapat melakukan kegiatan pembelajaran dengan menggunakan model dan pendekatan yang telah disebutkan pada metode pembelajaran. Langkah-langkahnya, dapat diintegrasikan pada kegiatan berikut. Mengamati Observing 1 Menyimak mengenai foto interaksi desa dengan kota dalam pengembangan ekonomi daerah. 2 Memperhatikan foto pergerakan manusia, barang, jasa dan informasi. Menanya Questioning 1 Peserta didik membuat kelompok dengan teman sebangkunya berpasangan. 2 Secara berpasangan mendiskusikan mengenai interaksi desa dengan kota dalam pengembangan ekonomi daerah.. 71 Secara acak, peserta didik memyampaikan hasil diskusi dengan kelompoknya. 2 Menambahkan informasi yang didapatkannya dari media lain seperti buku atau internet. Mengasosiasi Associating 1 Menganalisis interaksi desa dengan kota dalam pengembangan ekonomi daerah dengan teman sekelompok. Mengkomunikasikan Communicating 1 Masing-masing kelompok membacakan kesimpulan hasil diskusi kelompok. 2 Memberikan penegasan pada materi yang harus dikuasai peserta didik dan meluruskan jika terjadi kesalahan konsep. 3. Kegiatan Penutup a. Mendorong siswa untuk melakukan, menyimpulkan, merefleksi, dan menemukan nilai-ni-lai yang dapat dipetik dari aktivitas hari ini. b. Guru mengajukan beberapa pertanyaan secara lisan untuk menguji wawasan siswa menge-nai materi yang telah disampaikan. c. Mengingatkan siswa untuk bersyukur atas kekuasaan Tuhan yang mampu menciptakan makhluk hidup dan alam dengan bermacam peranan dan manfaat untuk kehidupan. d. Memberikan penghargaan pujian dalam lisan atau tulisan kepada kelompok atau individu berkinerja baik. PERTEMUAN IX dan X A. Tujuan Pembelajaran Melalui kegiatan kooperatif, tanya jawab, dan diskusi, setelah mempelajari Bab ini siswa diharapkan mampu 1. Mendeskripsikan perkembangan kota dan masalah alih fungsi lahan 2. Mengidentifikasi gerakan penarik, pendorong, ulak-alik. B. Materi Pembelajaran Perkembangan kota dan masalah alih fungsi lahan C. Metode Pembelajaran Pendekatan umum Scientific Strategi pembelajaran Pembelajaran Group Investigation Metode Kooperatif, tanya jawab, dan diskusi D. Sumber/ Bahan/ Alat Belajar 1. Media Microsoft PowerPoint Bab 3 Buku Aktif dan kreatif Belajar Geografi 3. 2. Alat gambar-gambar alih fungsi lahan. Alat dan bahan untuk kegiatan diskusi. Komputer dan Proyektor. 3. Sumber Buku Aktif dan kreatif Belajar Geografi 3, literatur ilmiah buku atau jurnal, internet, dan lingkungan sekitar. E. Kegiatan Pembelajaran 1. Kegiatan Pendahuluan a. Apersepsi guru menyapa siswa dan mengabsen. b. Guru bertanya tentang jenis-jenis pangan yang terdapat di Indonesia 2. Kegiatan Inti a. Pada kegiatan inti, guru dapat melakukan kegiatan pembelajaran dengan menggunakan model dan pendekatan yang telah disebutkan pada metode pembelajaran. Langkah-langkahnya, dapat diintegrasikan pada kegiatan berikut. Mengamati Observing 82 Memperhatikan masalah yang ditimbulkan dan dari alih fungsi lahan. Menanya Questioning 1 Meminta peserta didik membuat kelompok sesuai perkembangan kota dan masalah alih fungsi lahan 2 Masing-masing kelompok menceritakan materi perkembangan kota dan masalah alih fungsi lahan di Indonesia secara bergantian dengan teman sekelompoknya. Pengumpulan data Eksperimen/Exsplorasi 1 Secara acak, peserta didik memyampaikan hasil diskusi dengan kelompoknya. 2 Menambahkan informasi yang didapatkan dari media lain seperti buku atau internet. Mengasosiasi Associating 1 Menganalisis usaha perkembangan kota dan masalah alih fungsi lahan. Mengkomunikasikan Communicating 1 Masing-masing kelompok membacakan kesimpulan hasil diskusi kelompok di depan kelas. 2 Memberikan penegasan pada materi yang harus dikuasai peserta didik dan meluruskan jika terjadi kesalahan konsep. 3 Memberikan komentar dari setiap penampilan siswa dan menjelaskan ketahanan pangan. 3. Kegiatan Penutup a. Mendorong siswa untuk melakukan, menyimpulkan, merefleksi, dan menemukan nilai-ni-lai yang dapat dipetik dari aktivitas hari ini. b. Guru mengajukan beberapa pertanyaan secara lisan untuk menguji wawasan siswa menge-nai materi yang telah disampaikan. c. Mengingatkan siswa untuk bersyukur atas kekuasaan Tuhan yang mampu menciptakan makhluk hidup dan alam dengan bermacam peranan dan manfaat untuk kehidupan. d. Memberikan penghargaan pujian dalam lisan atau tulisan kepada kelompok atau individu berkinerja baik. PERTEMUAN XI dan XII A. Tujuan Pembelajaran Melalui kegiatan diskusi, life skills, dan penugasan, setelah mempelajari Bab ini siswa diharapkan mampu 1. Menganalisis interaksi desa-kota kaitannya dengan distribusi barang dan orang 2. Mengidentifikasi interaksi desa-kota kaitannya dengan pengembangan ekonomi wilayah. B. Materi Pembelajaran Interaksi desa-kota kaitannya dengan distribusi barang dan orang serta pengembangan ekonomi wilayah C. Metode Pembelajaran Pendekatan umum Scientific Strategi pembelajaran Pembelajaran Group Investigation Metode Diskusi, life skills, dan penugasan D. Sumber/ Bahan/ Alat Belajar 1. Media Microsoft PowerPoint Bab 3 Buku Aktif dan kreatif Belajar Geografi 3. 2. Alat Alat dan bahan untuk kegiatan diskusi seperti peta tata guna lahan/penggunaan lahan. Komputer dan Proyektor. 3. Sumber Buku Aktif dan kreatif Belajar Geografi 3, literatur ilmiah buku atau jurnal, internet, dan lingkungan sekitar. E. Kegiatan Pembelajaran 1. Kegiatan Pendahuluan 9b. Guru bertanya tentang Interaksi desa-kota kaitannya dengan distribusi barang dan orang sertapengembangan ekonomi wilayah di Indonesia 2. Kegiatan Inti a. Pada kegiatan inti, guru dapat melakukan kegiatan pembelajaran dengan menggunakan model dan pendekatan yang telah disebutkan pada metode pembelajaran. Langkah-langkahnya, dapat diintegrasikan pada kegiatan berikut. Mengamati Observing 1 Memperhatikan penjelasan guru tentang Interaksi desa-kota kaitannya dengan distribusi barang dan orang sertapengembangan ekonomi wilayah. Menanya Questioning 1 Meminta peserta didik membuat beberapa kelompok. 2 Masing-masing kelompok menceritakan materi tentang Interaksi desa-kota kaitannya dengan distribusi barang dan orang sertapengembangan ekonomi wilayah. Pengumpulan data Eksperimen/Exsplorasi 1 Secara acak, peserta didik memyampaikan hasil diskusi dengan kelompoknya. 2 Masaing-masing kelompok menceritakan Interaksi desa-kota kaitannya dengan distribusi barang dan orang sertapengembangan ekonomi wilayah. 3 Menambahkan informasi yang didapatkan dari media lain seperti buku atau internet atau mengunjungi instansi pemerintah yang terkait. Mengasosiasi Associating 1 Mengidentifikasi Interaksi desa-kota kaitannya dengan distribusi barang dan orang serta pengembangan ekonomi wilayah. 2 Menganalisis Interaksi desa-kota kaitannya dengan distribusi barang dan orang serta pengembangan ekonomi wilayah dengan teman sekelompok. Mengkomunikasikan Communicating 1 Masing-masing kelompok membacakan kesimpulan hasil diskusi kelompok di depan kelas dengan dilengkapi peta yang telah dibuat. 2 Memberikan penegasan pada materi yang harus dikuasai peserta didik dan meluruskan jika terjadi kesalahan konsep. 3. Kegiatan Penutup a. Mendorong siswa untuk melakukan, menyimpulkan, merefleksi, dan menemukan nilai-ni-lai yang dapat dipetik dari aktivitas hari ini. b. Guru mengajukan beberapa pertanyaan secara lisan untuk menguji wawasan siswa menge-nai materi yang telah disampaikan. c. Mengingatkan siswa untuk bersyukur atas kekuasaan Tuhan yang mampu menciptakan makhluk hidup dan alam dengan bermacam peranan dan manfaat untuk kehidupan. d. Memberikan penghargaan pujian dalam lisan atau tulisan kepada kelompok atau individu berkinerja baik. PENILAIAN A. Teknik dan Bentuk Instrumen Kompetensi Inti Teknik Bentuk Instrumen Kompetensi Inti I dan II  Pengamatan Sikap  Lembar Pengamatan Sikap Rubrik Kompetensi III dan IV  Tes Unjuk Kerja  Tes Uji Petik Kerja dan Rubrik  Tes Tertulis  Tes Uraian, Pilihan ganda, tabel penga-matan, atau lembar kerja siswa. 10B. Contoh Instrumen a. Lembar Pengamatan Sikap i. Kompetensi Inti I Pedoman Observasi Sikap Spiritual Petunjuk Lembaran ini diisi oleh guru untuk menilai sikap spiritual siswa. Berilah tanda cek v pada kolom skor sesuai sikap spiritual yang ditampilkan oleh siswa, dengan kriteria sebagai berikut 4 = selalu, apabila selalu melakukan sesuai pernyataan 3 = sering, apabila sering melakukan sesuai pernyataan dan kadang-kadang tidak melakukan 2 = kadang-kadang, apabila kadang-kadang melakukan dan sering tidak melakukan 1 = tidak pernah, apabila tidak pernah melakukan Nama Siswa ………. Kelas ………. Tanggal Pengamatan ……….. Materi Pokok ……….. No Aspek Pengamatan Skor Ket. 1 2 3 4 1 Menambah rasa keimanan akan keberadaan dan kebesaran Tuhan saat mempelajari biosfer persebaran flora dan fauna 2 Berdoa sebelum dan sesudah melakukan sesuatu 3 Mengucapkan rasa syukur atas biosfer persebaran flora dan fauna 3 Memberi salam sesuai agama masing-masing sebelum dan sesudah menyampaikan pendapat/ presentasi 4 Mengamalkan sikap toleransi antarumat beragama Jumlah Skor Petunjuk Penyekoran Siswa memperoleh nilai Baik Sekali apabila memperoleh skor 13 - 16 Baik apabila memperoleh skor 9 - 12 Cukup apabila memperoleh skor 5 - 8 Kurang apabila memperoleh skor 1 - 4 ii. Kompetensi Inti II 1. Peduli Pedoman Observasi Sikap Peduli Petunjuk Lembaran ini diisi oleh guru/teman untuk menilai sikap sosial siswa dalam kepedulian. Berilah tanda cek v pada kolom skor sesuai sikap kepedulian yang ditampilkan oleh siswa, dengan kriteria sebagai berikut 4 = selalu, apabila selalu melakukan sesuai pernyataan 3 = sering, apabila sering melakukan sesuai pernyataan dan kadang-kadang tidak melakukan 2 = kadang-kadang, apabila kadang-kadang melakukan dan sering tidak melakukan 1 = tidak pernah, apabila tidak pernah melakukan Nama Siswa ………. 11Tanggal Pengamatan ……….. Materi Pokok ……….. No Aspek Pengamatan Skor Ket. 1 2 3 4 1 Menjaga kerapihan dan kebersihan kelas 2 Suka menolong teman/orang lain 3 Kesediaan melakukan tugas sesuai kesepakatan 4 Menghargai pendapat orang lain Jumlah Skor Petunjuk Penyekoran Siswa memperoleh nilai Baik Sekali apabila memperoleh skor 13 - 16 Baik apabila memperoleh skor 9 - 12 Cukup apabila memperoleh skor 5 - 8 Kurang apabila memperoleh skor 1 - 4 2. Tanggung Jawab Pedoman Observasi Sikap Tanggung Jawab Petunjuk Lembaran ini diisi oleh guru untuk menilai sikap sosial siswa dalam tanggung jawab. Berilah tanda cek v pada kolom skor sesuai sikap tanggung jawab yang ditampilkan oleh siswa, dengan kriteria sebagai berikut 4 = selalu, apabila selalu melakukan sesuai pernyataan 3 = sering, apabila sering melakukan sesuai pernyataan dan kadang-kadang tidak melakukan 2 = kadang-kadang, apabila kadang-kadang melakukan dan sering tidak melakukan 1 = tidak pernah, apabila tidak pernah melakukan Nama Siswa ………. Kelas ………. Tanggal Pengamatan ……….. Materi Pokok ……….. No Aspek Pengamatan Skor Ket. 1 2 3 4 1 Melaksanakan tugas individu atau kelompok dengan baik 2 Menerima resikodari tindakan yang dilakukan 3 Tidak menuduh orang lain tanpa bukti yang akurat 4 Mengembalikan barang yang dipinjam 5 Meminta maaf atas kesalahan yang dilakukan Jumlah Skor Petunjuk Penyekoran Siswa memperoleh nilai Baik Sekali apabila memperoleh skor 16 - 20 Baik apabila memperoleh skor 11 - 15 Cukup apabila memperoleh skor 6 – 10 Kurang apabila memperoleh skor 1 - 5 3. Disiplin 12Petunjuk Lembaran ini diisi oleh guru untuk menilai sikap sosial siswa dalam kedisiplinan. Berilah tanda cek v pada kolom skor sesuai sikap disiplin yang ditampilkan oleh siswa, dengan kriteria sebagai berikut Ya = apabila siswa menunjukkan perbuatan sesuai aspek pengamatan Tidak = apabila siswa tidak menunjukkan perbuatan sesuai aspek pengamatan. Nama Siswa ………. Kelas ………. Tanggal Pengamatan ……….. Materi Pokok ……….. No Sikap yang diamati YaMelakukanTidak Ket. 1 Masuk kelas tepat waktu 2 Mengumpulkan tugas tepat waktu 3 Memakai seragam sesuai tata tertib 4 Mengerjakan tugas yang diberikan 5 Tertib dalam mengikuti pembelajaran 6 Mengikuti praktikum sesuai dengan langkah yang ditetapkan 7 Membawa buku tulis sesuai mata pelajaran 8 Membawa buku teks mata pelajaran Jumlah Petunjuk Penyekoran Siswa memperoleh nilai Baik Sekali apabila terdapat 7 – 8 jawaban YA Baik apabila terdapat 5 – 6 jawaban YA Cukup apabila terdapat 3 – 4 jawaban YA Kurang apabila terdapat 1 – 2 jawaban YA b. Lembar Tes Unjuk Kerja No Aspek yang dimiliki Ya Tidak Ket 1 Ketelitian mengamati lingkungan 2 Pemahaman akan konsep 3 Kecermatan dalam menghubungkan teori dengan kenyataan dilapangan. 4 Keterampilan mempresentasikan hasil pengamatan dan penjelasan uraian dengan cara yang menarik 5 Mampu mengajukan permasalahan Pertanyaan, ide, gagasan, dan argumentasi 6 Mampu menyajikan penyelesaian dari Suatu permasalahan Petunjuk Penyekoran Siswa memperoleh nilai Baik apabila terdapat 5 – 6 jawaban YA Cukup apabila terdapat 3 – 4 jawaban YA Kurang apabila terdapat 1 – 2 jawaban YA c. Lembar Tes Tertulis 1. Jelaskan bentuk-bentuk persebaran desa. 2. Jelaskan ciri-ciri masyarakat perkotaan. 3. Sebutkan klasifikasi kota berdasarkan pertumbuhan kota dan sosio kulturalnya. 4. Jelaskan teori ketinggian bangunan dalam struktur kota. 135. Sebutkan tiga faktor yang memengaruhi interaksi wilayah. 6. Uraikan perbedaan antara desa swadaya dan desa swasembada. 7. Bagaimana kota tumbuh dan berkembang, serta faktor-faktor apa yang memengaruhi perkembangan dan keramaian suatu kota? 8. Sebutkan daya tarik kota sehingga terjadi urbanisasi. 9. Sebutkan empat manfaat interaksi desa dan kota dampak positif permukaan terhadap lingkungan sosial budaya. d. Lembar Portofolio ……… ……… ……… Keterangan  Pengorganisasian pembelajaran pada suatu pertemuan mengacu pada pembelajaran di dalam sil-abus.  Bisa juga, pengorganisasian pembelajaran dibantu dengan “jadwal matapelajaran” sesuai struktur kurikulum SMA, dengan catatan o Alokasi waktu untuk setiap matapelajaran dalam “jadwal matapelajaran” tersebut relatif fleksi-bel, disesuaikan dengan tema/sub tema dan kompleksitas kompetensi yang dibelajarkan. o Kegiatan Pembelajaran harus mencakup pembelajaran dalam silabus. o Contoh RPP ini tidak mencakup seluruh pertemuan. Jakarta, 27 Juli 2016 Mengetahui Kepala Sekolah Guru Mata Pelajaran Drs. H. Suradi Drs. Johan Effendi 12 Memperhatikan masalah yang ditimbulkan dan dari alih fungsi lahan. Menanya Questioning 1 Meminta peserta didik membuat kelompok sesuai perkembangan kota dan masalah alih fungsi lahan 2 Masing-masing kelompok menceritakan materi perkembangan kota dan masalah alih fungsi lahan di Indonesia secara bergantian dengan teman sekelompoknya. Pengumpulan data Eksperimen/Exsplorasi 1 Secara acak, peserta didik memyampaikan hasil diskusi dengan kelompoknya. 2 Menambahkan informasi yang didapatkan dari media lain seperti buku atau internet. Mengasosiasi Associating 1 Menganalisis usaha perkembangan kota dan masalah alih fungsi lahan. Mengkomunikasikan Communicating 1 Masing-masing kelompok membacakan kesimpulan hasil diskusi kelompok di depan kelas. 2 Memberikan penegasan pada materi yang harus dikuasai peserta didik dan meluruskan jika terjadi kesalahan konsep. 3 Memberikan komentar dari setiap penampilan siswa dan menjelaskan ketahanan pangan. 3. Kegiatan Penutup a. Mendorong siswa untuk melakukan, menyimpulkan, merefleksi, dan menemukan nilai-ni-lai yang dapat dipetik dari aktivitas hari ini. b. Guru mengajukan beberapa pertanyaan secara lisan untuk menguji wawasan siswa menge-nai materi yang telah disampaikan. c. Mengingatkan siswa untuk bersyukur atas kekuasaan Tuhan yang mampu menciptakan makhluk hidup dan alam dengan bermacam peranan dan manfaat untuk kehidupan. d. Memberikan penghargaan pujian dalam lisan atau tulisan kepada kelompok atau individu berkinerja baik. PERTEMUAN XI dan XII A. Tujuan Pembelajaran Melalui kegiatan diskusi, life skills, dan penugasan, setelah mempelajari Bab ini siswa diharapkan mampu 1. Menganalisis interaksi desa-kota kaitannya dengan distribusi barang dan orang 2. Mengidentifikasi interaksi desa-kota kaitannya dengan pengembangan ekonomi wilayah. B. Materi Pembelajaran Interaksi desa-kota kaitannya dengan distribusi barang dan orang serta pengembangan ekonomi wilayah C. Metode Pembelajaran Pendekatan umum Scientific Strategi pembelajaran Pembelajaran Group Investigation Metode Diskusi, life skills, dan penugasan D. Sumber/ Bahan/ Alat Belajar 1. Media Microsoft PowerPoint Bab 3 Buku Aktif dan kreatif Belajar Geografi 3. 2. Alat Alat dan bahan untuk kegiatan diskusi seperti peta tata guna lahan/penggunaan lahan. Komputer dan Proyektor. 3. Sumber Buku Aktif dan kreatif Belajar Geografi 3, literatur ilmiah buku atau jurnal, internet, dan lingkungan sekitar. E. Kegiatan Pembelajaran 1. Kegiatan Pendahuluan 2b. Guru bertanya tentang Interaksi desa-kota kaitannya dengan distribusi barang dan orang sertapengembangan ekonomi wilayah di Indonesia 2. Kegiatan Inti a. Pada kegiatan inti, guru dapat melakukan kegiatan pembelajaran dengan menggunakan model dan pendekatan yang telah disebutkan pada metode pembelajaran. Langkah-langkahnya, dapat diintegrasikan pada kegiatan berikut. Mengamati Observing 1 Memperhatikan penjelasan guru tentang Interaksi desa-kota kaitannya dengan distribusi barang dan orang sertapengembangan ekonomi wilayah. Menanya Questioning 1 Meminta peserta didik membuat beberapa kelompok. 2 Masing-masing kelompok menceritakan materi tentang Interaksi desa-kota kaitannya dengan distribusi barang dan orang sertapengembangan ekonomi wilayah. Pengumpulan data Eksperimen/Exsplorasi 1 Secara acak, peserta didik memyampaikan hasil diskusi dengan kelompoknya. 2 Masaing-masing kelompok menceritakan Interaksi desa-kota kaitannya dengan distribusi barang dan orang sertapengembangan ekonomi wilayah. 3 Menambahkan informasi yang didapatkan dari media lain seperti buku atau internet atau mengunjungi instansi pemerintah yang terkait. Mengasosiasi Associating 1 Mengidentifikasi Interaksi desa-kota kaitannya dengan distribusi barang dan orang serta pengembangan ekonomi wilayah. 2 Menganalisis Interaksi desa-kota kaitannya dengan distribusi barang dan orang serta pengembangan ekonomi wilayah dengan teman sekelompok. Mengkomunikasikan Communicating 1 Masing-masing kelompok membacakan kesimpulan hasil diskusi kelompok di depan kelas dengan dilengkapi peta yang telah dibuat. 2 Memberikan penegasan pada materi yang harus dikuasai peserta didik dan meluruskan jika terjadi kesalahan konsep. 3. Kegiatan Penutup a. Mendorong siswa untuk melakukan, menyimpulkan, merefleksi, dan menemukan nilai-ni-lai yang dapat dipetik dari aktivitas hari ini. b. Guru mengajukan beberapa pertanyaan secara lisan untuk menguji wawasan siswa menge-nai materi yang telah disampaikan. c. Mengingatkan siswa untuk bersyukur atas kekuasaan Tuhan yang mampu menciptakan makhluk hidup dan alam dengan bermacam peranan dan manfaat untuk kehidupan. d. Memberikan penghargaan pujian dalam lisan atau tulisan kepada kelompok atau individu berkinerja baik. PENILAIAN A. Teknik dan Bentuk Instrumen Kompetensi Inti Teknik Bentuk Instrumen Kompetensi Inti I dan II  Pengamatan Sikap  Lembar Pengamatan Sikap Rubrik Kompetensi III dan IV  Tes Unjuk Kerja  Tes Uji Petik Kerja dan Rubrik  Tes Tertulis  Tes Uraian, Pilihan ganda, tabel penga-matan, atau lembar kerja siswa. 3B. Contoh Instrumen a. Lembar Pengamatan Sikap i. Kompetensi Inti I Pedoman Observasi Sikap Spiritual Petunjuk Lembaran ini diisi oleh guru untuk menilai sikap spiritual siswa. Berilah tanda cek v pada kolom skor sesuai sikap spiritual yang ditampilkan oleh siswa, dengan kriteria sebagai berikut 4 = selalu, apabila selalu melakukan sesuai pernyataan 3 = sering, apabila sering melakukan sesuai pernyataan dan kadang-kadang tidak melakukan 2 = kadang-kadang, apabila kadang-kadang melakukan dan sering tidak melakukan 1 = tidak pernah, apabila tidak pernah melakukan Nama Siswa ………. Kelas ………. Tanggal Pengamatan ……….. Materi Pokok ……….. No Aspek Pengamatan Skor Ket. 1 2 3 4 1 Menambah rasa keimanan akan keberadaan dan kebesaran Tuhan saat mempelajari biosfer persebaran flora dan fauna 2 Berdoa sebelum dan sesudah melakukan sesuatu 3 Mengucapkan rasa syukur atas biosfer persebaran flora dan fauna 3 Memberi salam sesuai agama masing-masing sebelum dan sesudah menyampaikan pendapat/ presentasi 4 Mengamalkan sikap toleransi antarumat beragama Jumlah Skor Petunjuk Penyekoran Siswa memperoleh nilai Baik Sekali apabila memperoleh skor 13 - 16 Baik apabila memperoleh skor 9 - 12 Cukup apabila memperoleh skor 5 - 8 Kurang apabila memperoleh skor 1 - 4 ii. Kompetensi Inti II 1. Peduli Pedoman Observasi Sikap Peduli Petunjuk Lembaran ini diisi oleh guru/teman untuk menilai sikap sosial siswa dalam kepedulian. Berilah tanda cek v pada kolom skor sesuai sikap kepedulian yang ditampilkan oleh siswa, dengan kriteria sebagai berikut 4 = selalu, apabila selalu melakukan sesuai pernyataan 3 = sering, apabila sering melakukan sesuai pernyataan dan kadang-kadang tidak melakukan 2 = kadang-kadang, apabila kadang-kadang melakukan dan sering tidak melakukan 1 = tidak pernah, apabila tidak pernah melakukan Nama Siswa ………. 4Tanggal Pengamatan ……….. Materi Pokok ……….. No Aspek Pengamatan Skor Ket. 1 2 3 4 1 Menjaga kerapihan dan kebersihan kelas 2 Suka menolong teman/orang lain 3 Kesediaan melakukan tugas sesuai kesepakatan 4 Menghargai pendapat orang lain Jumlah Skor Petunjuk Penyekoran Siswa memperoleh nilai Baik Sekali apabila memperoleh skor 13 - 16 Baik apabila memperoleh skor 9 - 12 Cukup apabila memperoleh skor 5 - 8 Kurang apabila memperoleh skor 1 - 4 2. Tanggung Jawab Pedoman Observasi Sikap Tanggung Jawab Petunjuk Lembaran ini diisi oleh guru untuk menilai sikap sosial siswa dalam tanggung jawab. Berilah tanda cek v pada kolom skor sesuai sikap tanggung jawab yang ditampilkan oleh siswa, dengan kriteria sebagai berikut 4 = selalu, apabila selalu melakukan sesuai pernyataan 3 = sering, apabila sering melakukan sesuai pernyataan dan kadang-kadang tidak melakukan 2 = kadang-kadang, apabila kadang-kadang melakukan dan sering tidak melakukan 1 = tidak pernah, apabila tidak pernah melakukan Nama Siswa ………. Kelas ………. Tanggal Pengamatan ……….. Materi Pokok ……….. No Aspek Pengamatan Skor Ket. 1 2 3 4 1 Melaksanakan tugas individu atau kelompok dengan baik 2 Menerima resikodari tindakan yang dilakukan 3 Tidak menuduh orang lain tanpa bukti yang akurat 4 Mengembalikan barang yang dipinjam 5 Meminta maaf atas kesalahan yang dilakukan Jumlah Skor Petunjuk Penyekoran Siswa memperoleh nilai Baik Sekali apabila memperoleh skor 16 - 20 Baik apabila memperoleh skor 11 - 15 Cukup apabila memperoleh skor 6 – 10 Kurang apabila memperoleh skor 1 - 5 3. Disiplin 5Petunjuk Lembaran ini diisi oleh guru untuk menilai sikap sosial siswa dalam kedisiplinan. Berilah tanda cek v pada kolom skor sesuai sikap disiplin yang ditampilkan oleh siswa, dengan kriteria sebagai berikut Ya = apabila siswa menunjukkan perbuatan sesuai aspek pengamatan Tidak = apabila siswa tidak menunjukkan perbuatan sesuai aspek pengamatan. Nama Siswa ………. Kelas ………. Tanggal Pengamatan ……….. Materi Pokok ……….. No Sikap yang diamati YaMelakukanTidak Ket. 1 Masuk kelas tepat waktu 2 Mengumpulkan tugas tepat waktu 3 Memakai seragam sesuai tata tertib 4 Mengerjakan tugas yang diberikan 5 Tertib dalam mengikuti pembelajaran 6 Mengikuti praktikum sesuai dengan langkah yang ditetapkan 7 Membawa buku tulis sesuai mata pelajaran 8 Membawa buku teks mata pelajaran Jumlah Petunjuk Penyekoran Siswa memperoleh nilai Baik Sekali apabila terdapat 7 – 8 jawaban YA Baik apabila terdapat 5 – 6 jawaban YA Cukup apabila terdapat 3 – 4 jawaban YA Kurang apabila terdapat 1 – 2 jawaban YA b. Lembar Tes Unjuk Kerja No Aspek yang dimiliki Ya Tidak Ket 1 Ketelitian mengamati lingkungan 2 Pemahaman akan konsep 3 Kecermatan dalam menghubungkan teori dengan kenyataan dilapangan. 4 Keterampilan mempresentasikan hasil pengamatan dan penjelasan uraian dengan cara yang menarik 5 Mampu mengajukan permasalahan Pertanyaan, ide, gagasan, dan argumentasi 6 Mampu menyajikan penyelesaian dari Suatu permasalahan Petunjuk Penyekoran Siswa memperoleh nilai Baik apabila terdapat 5 – 6 jawaban YA Cukup apabila terdapat 3 – 4 jawaban YA Kurang apabila terdapat 1 – 2 jawaban YA c. Lembar Tes Tertulis 1. Jelaskan bentuk-bentuk persebaran desa. 2. Jelaskan ciri-ciri masyarakat perkotaan. 3. Sebutkan klasifikasi kota berdasarkan pertumbuhan kota dan sosio kulturalnya. 4. Jelaskan teori ketinggian bangunan dalam struktur kota. 65. Sebutkan tiga faktor yang memengaruhi interaksi wilayah. 6. Uraikan perbedaan antara desa swadaya dan desa swasembada. 7. Bagaimana kota tumbuh dan berkembang, serta faktor-faktor apa yang memengaruhi perkembangan dan keramaian suatu kota? 8. Sebutkan daya tarik kota sehingga terjadi urbanisasi. 9. Sebutkan empat manfaat interaksi desa dan kota dampak positif permukaan terhadap lingkungan sosial budaya. d. Lembar Portofolio ……… ……… ……… Keterangan  Pengorganisasian pembelajaran pada suatu pertemuan mengacu pada pembelajaran di dalam sil-abus.  Bisa juga, pengorganisasian pembelajaran dibantu dengan “jadwal matapelajaran” sesuai struktur kurikulum SMA, dengan catatan o Alokasi waktu untuk setiap matapelajaran dalam “jadwal matapelajaran” tersebut relatif fleksi-bel, disesuaikan dengan tema/sub tema dan kompleksitas kompetensi yang dibelajarkan. o Kegiatan Pembelajaran harus mencakup pembelajaran dalam silabus. o Contoh RPP ini tidak mencakup seluruh pertemuan. Jakarta, 27 Juli 2016 Mengetahui Kepala Sekolah Guru Mata Pelajaran Drs. H. Suradi Drs. Johan Effendi
pelaksanaandesentralisasi fiskal terhadap pertumbuhan ekonomi pada kabupaten/kota di Provinsi Kalimantan Selatan dengan periode pengamatan tahun 2005-2015. Selain itu, penelitian ini juga bertujuan untuk mengetahui klasifikasi kabupaten/kota berdasarkan pertumbuhan ekonomi dan kapasitas fiskal. Data yang
Kota adalah pusat pemukiman dan kegiatan penduduk yang mempunyai batas wilayahnya. Berdasarkan fisikalnya kota ini lebih ditekankan pada kondisi fisik yang mengarah kepada morfologi wilayah tersebut, diantaranya Kota berbentuk bujur sangkar, artinya kota berkembang kearah yang relatif seimbang karena menyebar kesegala arah Kota berbentuk persegi panjang, kota pada bentuk ini cenderung mengalami hambatan dalam perkembangannya misalnya gurun, lereng terjal atau perairan. Kota berbentuk kipas, bentuk kota ini menyerupai lingkaran hanya saja terdapat hambatan misalnya diwilayah pegunungan, namun kota ini berkembang dengan seimbang. Kota berbentuk lingkaran, merupakan bentuk kota yang paling ideal karena perkembangan ke areal luarnya seimbang. Kota berbentuk pita ribbon shaped, dimensi kota ini cenderung memanjang hampir seperti lingkaran hanya saja lebih panjang dan biasanya mengikuti jalur transportasi. Kota berbentuk gurita atau bintang, kota jenis ini berorientasi pada jalur transportasi namun, jalan ini berkembang hingga keluar areal kota. Sedangkan berdasarkan fungsi, kota di klasifikasikan. Kota sebagai pusat pemerintahan, kota harus memiliki aparat pelayanan masyarakat yang bersifat memenuhi kebutuhan hidup, administratif dan kebutuhan sosial budaya. Kota sebagai pusat pendidikan, kota harus memiliki pusat pusat pendididkan dari tingkat terendah ke tingkat tertinggi. Kota sebagai pusat informasi, kota akan berkembang apabila memiliki informasi yang cepat dan akurat.
KlasifikasiKota Berdasarkan Jumlah Penduduk, Tingkat Perkembangan, dan Fungsinya. Jakarta adalah salah satu kota yang bisa disebut sebagai kota metropolitan. Klasifikasi kota ada beberapa, Adajrian. Kota memiliki berbagai karakteristik yang berbeda-beda sama halnya dengan desa yang bisa dilihat melalui ilmu geografi.
74 Istilah global sermual dijumpai di bidang ekonomi, apabila terjadi aktivitas ekonomi yang meningkat, terjadi surplus, maka akan mendorong penduduk kota melakukan aktivitas ekonominya ke luar negeri. Inilah yang menjadi cikal bakal terjadinya kota tahap globalisasi. Dari segi sosial gejala globalosasi pada tingkat yang berbeda tampak sejak awal abad Masehi, bahkan sebelumnya kettika suatu suku bangsa menjelajah negeri lain dengan berbagai tujuan seperti berdagang, menyebarkan agama, mencari kehidupan baru, atau sekedar berkunjung. Untuk dapat berkelana, mereka memiliki nilai surplus. Hal inilah yang menyebabkan adanya pola pikir global. Contoh ketika Laksmana Cheng Ho dari dinasti Ming Tiongkok pada awal abad ke-15 melakukan ekspedisi dengan puluhan armada kapal, dan melakukan tujuh kali ekspedisi. Latar belakang ekspedisi ini dapat meyakinkan pola pikir mengglobal pada masyarakat kota pada waktu itu. Pada masa dinasti Ming, negeri Tiongkok mengalami kemajuan dan kemakmuran yang luar biasa. Surplus yang terjadi mendorong mereka memeperkenalkan segala sesuatu yang mereka miliki kepada dunia luar. Hal inilah yang menjadi cikal bakal kota global, karena mengingat bahwa suatu kota dikatakan mengglobal apabila masyarakatnya memiliki kebiasaan untuk melakukan relasi dengan kota lain di luar kotanya bahkan manca negara. Dengan terbentuknya kota global telah ada dua surplus dalam perkembangan sebuah kota, yaitu surplus suatu kawasan sebagai syarat terbentuknya kota, dan surplkus kota sebagai syarat terbentuknya kota global. Apabila surplus kota berhenti, kota tidak akan mampu lagi melakukan akses ke kota lain, di negeri yang berbedaq, dengan kata lain kota tidakmlagi mampu mengglobal. B. Klasifikasi dan Tipologi Masyarakat Kota Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia KBBI, klasifikasi adalah penyusunan bersistem dalam kelompok atau golongan menurut kaidah atau standar yang ditetapkan. Dalam pengertian umum klasifikasi merupakan suatu usaha untuk mengelompokkan suatu entitas yang memiliki beberapa ciri yang sama. Sedangkan tipologi, yang berasal dari kata tipo pengelompokan dan logos 75 ilmu, tipologi dapat diartikan sebagai suatu usaha pengklasifikasian sebuah tipe berdasarkan berdasarkan karakteristik umum yang melekat pada obyek. Jadi klasifikasi tipologi kota merupakan usaha untuk menggolong-golongkan kota-kota berdasarkan ciri karakteristik yang dimilikinya. Klasifikasi kota dapat didasarkan pada berbagai susut pandang, dalam kajian ini klasifikasi kota menekankan pada segi fungsi, segi fisik, klasifikasi kota berdasarkan pertumbuhan dan hirarkinya. 1. Klasifikasi Kota Berdasarkan Karakteristik Fungsinya. Klasifikasi kota bertdasarkan fungsi, mempertimbangkan fungsi suatu kota yang dianggap dominan dan menonjol dari kota yang bersangkutan. Dalam perkembangannya suatu kota dapat saja mengalami perubahan fungsi, dari suatu fungsi berubah ke fungsi yang lain. Misalnya kota yangsemula lebih dikenal sebagai kota pusat keagamaan atau pusat pemerintahan kemudian berubah menjadi kota perdagangan. Perubahan fungsi itu dimungkinkan karena adanya perkembangan di bidang teknologi tarnasportasi dan komunikasi, sehingga fasilitas-fasilitas perkotaan yang ada semakin lengkap. Pada abad ke 21 ini kota-kota yang ada umumnya tidak hanya mempunyai fungsi tunggal, hal ini disebabkan karena manusia mempunyai kegiatan yang kompleks, seperti kegiatan sosial,politik, ekonomi budaya, yang umumnya berpusat di kota-kota tersebut. Berdasarkan latar belakang historis, kultural, fisikal, kemasyarakatan, ekonomi yang memberi ciri karakteristik suatu kota, suatu kota pada kenyataannya memang mempunyai potensi penonjolan fungsi yang berbeda-beda. Namun demikian dalam kehidupan modern suatu kota yang mempunyai tipe benar-benar murni dalam arti mempunyai tipe tunggal tidaklah ada. Hadi Sabari Yunus,20096. a. Klasifikasi kota berdasarkan fungsi menurut Gist, Halbert, 1 Kota berfungsi sebagai pusat industri. Kegiatan industri mencakup berbagai jenis kegiatan, antara lain industri primer, industri sekunder, industri tersier. Kadang-kadang suatu kota mempunyai fungsi gabungan dari berbagai industri tersebut. Kotakota di negara sedang berkembang umumnya kegiatan yang menonjol adalah industri primer, 76 seperti industri pertambangan, perikanan, pengolahan kayu. Sedang di negara maju umumnya industri yang ada lebih banyak merupakan industri sekunder dan tersier. Dengan semakin meluasnya industri, daerah hunian mengalami penciutan, hal inilah yang mengakibatkan merosotnya lingkungan permukiman di kota-kota besar. Contoh kota Detroit sebagai kota industri mobil, Bombay kota industri tekstil, Johanesberg kota industri intan dan sebagainya. 2 Kota sebagai pusat perdagangan. Setiap kota sebenarnya merupakan pusat perdagangan, tetapi tidak semua kota ditandai oleh kegiatan perdagangan. Kota-kota perdagangan besar umumnya merupakan kota pelabuhan, karena media transportasi yang besar adalah darat dan laut, sehingga kota yang mempunyai potensi ke arah pengembangan dua jenis transportasi tersebut mempunyai potensi besar untuk menjadi kota perdagangan. Contoh kota bersar bertaraf internasional New York, London, Rotterdam, London, Hamburg, Bombay, Hongkong dan lain-lainnya. 3 Kota berfungsi sebagai kota politik. Sebelum di Eropa Barat dilanda Revolusi Industri, kota-kota yang ada pada masa itu merupakan kota pusat pemerintahan. Pada saat itu pusat pemerintahan, pusat administrasi dan politik harus merupakan ibukota negara. Dengan adanya penemuan-penemuan baru di bidang teknologi, kota yang semula merupakan pusat kegiatan politik berubah menjadi kota pusat perdagangan dan industri. Namun demikian peranannya sebagai kota pusat kegiatan politik pemerintahan negara masih sangat jelas. Contoh kota Jakarta, New Delhi, Bangkok, Canberra dan pusat administrasi pemerintahan dapat merupakan ibukota negara, propinsi serta kota kabupaten. 4 Kota berfungsi sebagai kota pusat kebudayaan. Kota dengan fungsi sebagai pusat kebudayaan ditandai dengan adanya potensi kultural yang menonjol dibanding fungsi yang lain. Ada kota kebudayaan yang menonjol dengan kehidupan keagamaan, misalnya kota Mekah, kota 77 Roma. Kota Yerusalem, kota Benares. Disamping itu dapat pula kota tersebut terkenal dengan kegiatan pendidikan, seni dan sebagainya, misalnya kota Yogyakarta sebagai kota pendidikan dan kota budaya. 5 Kota berfungsi sebagai kota rekreasi dan kesehatan. Suatu kota akan berfungsi sebagai kota rekreasi ataupun kesehatan, bila kota tersebut mempunyai potensi untuk dapat menarik wisatawanpendatang untuk menikmati kenikmatan tertentu di kota tersebut, baik kenikmatan fisikal maupun untuk maksud penyembuhan. Contoh antara lain Bandung dengan Ciater nya, Palmbeach dengan pantainya yang indah, kota rekreasi di pegunungan, pantai dan sebagainya. 6 Kota dengan fungsi yang tidak menonjol, biasanya merupakan kota- kota kecil atau kota yang masih sangat muda usianya, karena fungsi yang ada belum mampu berkembang, sehingga berbagai fungsi masih mempunyai pengaruh yang sama. Namun demikian dapat pula terjadi kota-kota besarpun dapat terjadi kecenderungan mempunyai berbagai fungsi yang sangat kompleks, sehingga penonjolan fungsi tertentu tampak lemah. Pada saat ini hampir semua kota besar memiliki lebih dari dari satu fungsi fungsi ganda, sehingga semakin banyak fungsi yang ada, permasalahan juga semakin kompleks. b. Klasifikasi kota berdasarkan segi fisikal. Nelson, mengemukakan klasifikasi kota berdasarkan segi fisikalnya dengan menekankan pada segi morfologikalnya. Ada tiga klasifikasi kota dilihat dari segi bentuknya, yaityu 1 Kota yang berbentuk bujur sangkar The square cities . Kota ini biasanya merupakan kota yang terbentuk karena adanya kegiatan yang relatif seragam, umumnya dipengaruhi kegiatan pertanian. Pasar induk terletak di tengah kota, lama kelamaan daerah permukiman akan berkembang di sisi-sisinya ke segala arah karena tidak ada hambatan fisik yang berarti. Bentuk morfologi kota akan berbentuk bujur sangkar. 78 2 Kota berbentuk persegi panjang The rectangular cities , hampir sama dengan kota berbentuk bujur sangkar, hasnya pada ke dua sisi terdapat hambatan alami yang mengganggu kesempatan zona-zona kota untuk berkembang ke samping. Hambatan-hambatan itu dapat berupa topografi yang kasar, hutan, rawa-rawa, laut dan lain-lainnya. 3 Kota berbentuk seperti kipas. Biasanya pusat kota terletak di daerah pinggiran. Umumnya kota bentuk kipas merupakan kota-kota pelabuhan yang mempunyai latar belakan topografi datar, dan tidak meiliki hambatan fisik lainnya. Untuk jelasnya dapat diamati pada gambar-gambar berikut ini. 1 Kota berbentuk bujur sangkar 2 Kota berbentuk empat persegi panjang 3 Kota bentuk kipas c. Klasifikasi Kota Berdasarkan Pertumbuhannya 1 Klasifikasi kota berdasarkan pertumbuhannya oleh Taylor, Griffith. 79 Berdasarkan karakteristik dinamika fungsionalnya, pertumbuhan kota dapat dikelompokkan menjadi empat tahap pertumbuhan, yaitu a Tahap Infantil the infantil stage . Pada tahap ini belum tampak adanya pemilahan yang jelas merngenai daerah permukiman dengan daerah perdagangan. Juga belum ada pemilahan yang jelas antara kampung-kampung miskin dengan kampung-kamnpung kaya. Bangunan-bangunan masih berserakan tidak teratur, jalan- jalan utama baru ada satu dua. b Tahap Juvenil. Pada tahap ini mulai tampak adanya proses pengelompokkan pertokoan pada bagian-bagian kota tertentu. Rumah-rumah yang baik besar, mulai bermunculan di bagian pinggiran, sementara itu pabrik-pabrik bermunculan di sana sini. c Tahap dewasa. Pada tahap ini mulai kelihatan gejala-gejala segregasi fungsi pemisahan fungsi-fungsi dan kemudian mengelompok. Kelas permukiman rendah jelas perbedaannya dengan permukiman yang lebih baik. Ditinjau dari lokasinya, pola permukiman dan struktur permukimannya, kelas permukiman jelekrendah jauh berbeda dengan kelas permukiman baikelite. Daearh-daerah industri banyak terdapat di lokasi – lokasi yang dekat dengan jalur perhubungan dan pengangkutan. d Tahap tua the senile stage . Pada tahap ini kota ditandai oleh adanya pertumbuhan yang terhenti, kesejahteraan ekonomi penduduk cenderung mengalami gejala penurunan. 2 Klasifikasi Lewis Mumford, mendasarkan klasifikasi kota dari segi tekniko-kultural. Berdasarkan pertimbangan ini klasifikasi kota dapat dibedakan atas empat klasifikasi, yaitu a Fase eoteknikal, pada fase ini permukiman ditandai oleh penggunaan angin, air sebagai sumber tenaga, kayu sebagai bahan bakar. b Fase Paleoteknikal, pada fase ini terlihat adanya kemajuan dalam penggunaan sumber-sumber energi. Sumber tenaga angin, air 80 bahan bakar kayu masih digunakan, tetapi di dominasi oleh penggunaan batubara. Sementara itu tambang besi dan batu baramendominasi perekonomian yang ada. Dengan demikian timbul usaha-usaha peleburan besi, dibangunnya kanal-kanalk, dan mulai digunakannya mesin uap. c Fase neoteknik, kota-kota mulai menggunakan tenaga listrik sebagai sumber energi. Penggunaan jenis metal ringan seperti aluminium semakin meluas, alat-alat komunikasi seperti radio dan telepon dan permesinan semakin disempurnakan. Menurut Mumford, pada tahap ini kota-kota telah tumbuh menjadi kota besar metropolis, bangunan-bangunan bertingkat mulai berkembang, lalu lintas semakin padat, berbagai pengaruh negatip kehidupan perkotaan sepertti kejahatan, kenakalan remaja, pencemaran, mulai mengakibatkan goncangan-goncangan sosial yang memerlukan penanganan yang serius. d Fase Bioteknik, pada fase ini peradaban manusia dan semua pertimbangan tindakan manusia selalu ditinjau dari matra biologis dalam konteks yang luas, dibandingkan dengan pertimbangan fisikal semata. Pengetahuan manusia tentang bakteriologi diterapkan untuk pengobatan dan sanitasi. Demikian pula pengetahuan tentang phisiologi diterapkjan untuk tujuan analisis berdasarkan gizi dan pengaturan makanan, sehingga nutrisi dan diet diperhatikan. Adapun pengetahuan psikologi, ekologi diterapkan pula untuk analisis berbagai bidang kehidupan manusia, sehingga terjadi hubungan harmonis antara manusia dengan manusia lain, hubungan harmonis antara masusia dengan lingkungan, bahkan hubungan kewilayahan misalnya hubungan masyarakat desa – kota, managemen kota dan sebagainya. Lewis Mumford di samping mengemukakan pertumbuhasn kota berdasarkan teknikalnya, juga meninjau pertumbuhan kota berdasarkan 81 kondisi sosio kulturalnya. Dalam hal ini dikenal adanya enam fase pertumbuhan kota sebagai berikut a Fase eopolis, pada tahap ini dicerminkan oleh adanya komunitas desa yang semakin maju, walaupun kondisi kehidupan masih didasarkan pada kegiatan pertanian, pertambangan dan tahap ini suatu wilayah berkembang menjadi kota baru. b Fase polis, ditandai munculnya pasar yang cukup besar, beberapa kegiatan industri yang cukup besar mulai bermunculan, namun pengaruhnya masih terbatas. Kenampakkan ke kotaan jelas terlihat walaupun masih dalam skala kecil, kota masih meiliki nsifat agraris. c Fase metropolis, kenampakkan ke kotaan bertambah besar. Fungsi- fungsi perkotaannya terlihat mendominasi kota-kota kecil yang berada di sekitarnya dan daerah perdesaaan, spesialisasi fungsi mulai nampak. Pada tahap ini kota semakin berkembang , perekonomiannya mengarah ke industri. d Fase megalopolis, ditandai oleh adanya tingkah laku manusia yang hanya berorientasi pada materi. Standardisasi produksi lebih diutamakan daripada usaha-usaha kerajinan tangan, ukuran lebih diutamakan daripada bentuk. Wilayah perkotaan nyang terdiri dari beberapa kota metropolis yang berdekatan lokasinya, membentuk jalur perkotaan yang sangat besar. e Fase tyranopolis, pada tahap ini ukuran budaya adalah pada apa-apa yang tampak. Masalah materi, ketidak acuhan di segala aspek kehidupan mewarnai tingkah laku penduduknya. Sementara itu kondisi perdagangan yang ada mulai menunjukkan gejala-gejala penurunan. Dengan kata lain kota pada tahap ini kehidupannya sudah dipenuhi dengan kerawanan sosial, seperti kemacetan lalu lintas dan tingkat kriminalitas yang tinggi. f Fase nekropolis, tahap ini disebut juga suatu keadaan kota menuju kematian. Hal ini dapat disebabkan oelh adanya peperangan, kelaparan, wabah penyakit hebat yang melanda kota tersebut. Keadaan 82 ini mengakibatkan timbulnya kemunduran pelayanan kota beserta fungsi-fungsinya, akibatnya kota-kota seperti ini menunjukkan gejala kehancuran, kota berkembang menuju keruntuhan. Satu hal yang disepakati pleh para ahli sosiologi kota, bahwa perkembangan kota-kota besar, terutama di negara-negara Eropa, dimulai sejak terjadinya revolusi industri di Inggris sekitar abad 18 dan 19. Proses ini diikuti pertambahan penduduk yang cepat. d. Klasifikasi kota Berdasarkan Hirarkinya 1 Klasifikasi kota berdasarkan jumlah penduduk menurut Northam Tabel 8. Klasifikasi hiraki kota berdasar jumlah Penduduk Order atau nomor kelas Notasi kelas Perkiraan jumlah penduduk I II III IV V VI VII VIII IX Hamlet Village Town Small city Medium size city Large city Metropolis Megalopolis Eumenopolis 16 - 150 150 - 1000 1000 - - - - - indefinite Indefinite-but at least several millions Indefinite – but likely tens of millions Sumber Northam ,Urban Geography 1976 18 2 Sistem penggolongan kota berdasarkan gejala pemusatan penduduk juga dibuat oleh C,Doxiadis dan Saxena. Jumlah batas minimal penduduk kota, untuk setiap tahapan dapat dilihat pada tabel berikut Tabel 9. Jumlah Batas Minimal Penduduk Kota No Besaran Kota Jumlah 83 Pendudukorang 1 Dwelling group 40 2 Small neighborhood 250 3 Neighborhood 1500 4 Small Town 9000 5 Town 6 Large city 7 Metropolis 8 Courbation 9 Megalopolis 10 Urban region 11 Urban continent 12 Ecumenepolis Sumber Langgeng dan Lutfi,2014104 Di Indonesia dibuat penggolongan kota berdasarkan jumlah penduduk sebagai berikut a Kota kecil, jumlah penduduk – orang b Kota sedang, jumlah penduduk – orang c Kota besar, jumlah penduduk – orang d Kota metropolis, jumlah penduduk di atas orang . Oleh karena masing-masing negara mempunyai latar belakan kondisi sosial ekonomi budaya yang tidak sama, maka penggolongan kota berdasarkan jumlah penduduknya tidak sama. C. Karakteristik Perkembangan Kota Tahap Pra Modernisasi, Modernisasi dan Globalisasi.
Apabilakamu tinggal di suatu wilayah perkotaan, sebaiknya kenali dulu klasifikasi dari kota tersebut. Hal ini perlu dilakukan agar pembangunan di kota sedang ini dapat berjalan dengan semestinya. 3. Kota Besar (100 ribu hingga 1 juta jiwa) Setelah kota kecil dan kota sedang, klasifikasi selanjutnya adalah kota besar.
JawabanMungkin yang dimaksud adalah menurut mumford yang membagi perkembangan kota menjadi eopolis, polis, metropolis, megapolis, nekropolis, tyranopolis Klasifikasi kota berdasarkan pertumbuhan kota dan Sosio kulturalnya
Berdasarkanjumlah penduduknya, daerah kota dapat dibedakan menjadi tiga golongan. Kota kecil, yaitu yang berpenduduk antara 20.000 — 100.000 jiwa. Kota besar atau kota madya, yaitu yang berpenduduk di antara 100.000 — satu juta jiwa. Kota metropolitan, yaitu yang berpenduduk lebih dan satu juta jiwa.
Mahasiswa/Alumni Universitas Negeri Surabaya27 September 2021 1136Hallo Kak Nazwa, kakak bantu jawab ya pertanyaan dari kamu ..... Klasifikasi kota berdasarkan tahap perkembangan dan sosio kulturalnya dapat dijelaskan sebagai berikut 1. Tahap eopolis sebagai awal pembentukan kota yang tentu saja berakar di daerah perdesaan. 2. Tahap polis yang terbentuk ketika asosiasi beberapa desa terjadi. Pada tahap ini sebuah komunitas tumbuh di sekitar inti wilayah dengan pemerintahan dan lembaga-lembaga sendiri. 3. Tahap metropolis yang terbentuk dengan perkembangan struktur ruang kota yang lebih besar. Kota sudah mampu memberikan pengaruh terhadap wilayah di sekitarnya. Tahap ini dicirikan oleh spesialisasi perdagangan dengan surplus produk-produk regional. 4. Tahap megalopolis yang ditandai dengan lebih banyak keragaman budaya. Pada tahap ini terjadi ekspansi industri dan pertumbuhan kota yang berlebihan. Tahap ini menjadi awal kemunduran kota. 5. Tahap tiranopolis yang ditandai dengan lingkungan kota memburuk dan orang-orang lari ke perdesaan. necropolis di mana kota semakin membusuk. Peradaban menurun. Perang, kelaparan, dan penyakit terjadi di mana-mana dan membawa kota menuju kehancuran. Semoga membantu Jenjang 12 SMA Topik Interaksi desa dan kota
Desaini bisa dikatakan desa yang padat penduduk dan biasanya letak desa dekat dengan kota. perkembangan ekonomi dan ketersediaan lahan juga hampir serupa dengan daerah kota. Sedangkan menurut Kolb dan Brunner dalam bukunya yang berjudul A Study of Rural Society, klasifikasi desa berdasarkan jumlah penduduk yang pernah ada di Amerika Serikat
Sebutkan Klasifikasi Kota Berdasarkan Pertumbuhan Kota Dan Sosio Kulturalnya – Klasifikasi kota berdasarkan pertumbuhan kota dan sosio kulturalnya penting untuk mengetahui tingkat pembangunan dan kualitas hidup di berbagai kota di seluruh dunia. Klasifikasi kota dapat dibagi menjadi tiga kategori utama kota yang mengalami pertumbuhan yang signifikan, kota yang mengalami pertumbuhan moderat, dan kota yang mengalami pertumbuhan rendah. Pertama, kota yang mengalami pertumbuhan yang signifikan adalah kota yang memiliki tingkat pertumbuhan penduduk dan pembangunan yang lebih tinggi daripada rata-rata. Misalnya, Jakarta, Tokyo, dan Singapura adalah contoh kota yang mengalami pertumbuhan yang signifikan. Kota-kota ini memiliki tingkat pembangunan yang tinggi, dan berbagai fasilitas dan layanan modern yang dapat dinikmati warganya. Kota-kota ini juga memiliki komunitas yang kaya akan budaya dan tradisi. Kedua, kota yang mengalami pertumbuhan moderat adalah kota yang memiliki tingkat pertumbuhan dan pembangunan yang lebih moderat daripada kota yang mengalami pertumbuhan yang signifikan. Misalnya, Bandung, Yogyakarta, dan Surabaya adalah contoh kota yang mengalami pertumbuhan moderat. Kota-kota ini memiliki tingkat pembangunan yang kurang tinggi daripada kota-kota yang mengalami pertumbuhan yang signifikan, namun masih memiliki berbagai fasilitas dan layanan modern yang dapat dinikmati warganya. Komunitas di kota-kota ini juga masih kaya akan budaya dan tradisi. Ketiga, kota yang mengalami pertumbuhan rendah adalah kota yang memiliki tingkat pertumbuhan dan pembangunan yang lebih rendah daripada kota-kota yang mengalami pertumbuhan moderat. Misalnya, Toraja, Manado, dan Pangandaran adalah contoh kota yang mengalami pertumbuhan rendah. Kota-kota ini memiliki tingkat pembangunan yang sangat rendah dan kurangnya berbagai fasilitas dan layanan modern. Namun, komunitas di kota-kota ini masih kaya akan budaya dan tradisi. Dengan mengetahui klasifikasi kota berdasarkan pertumbuhan kota dan sosio kulturalnya, kita dapat memahami lebih lanjut tentang kualitas hidup yang berbeda di berbagai kota di seluruh dunia. Dengan informasi ini, kita dapat mengembangkan strategi yang tepat untuk meningkatkan kualitas hidup di kota-kota dengan pertumbuhan yang rendah atau moderat. Dengan demikian, kita dapat memastikan bahwa semua warga dapat menikmati kualitas hidup yang lebih baik. Penjelasan Lengkap Sebutkan Klasifikasi Kota Berdasarkan Pertumbuhan Kota Dan Sosio Kulturalnya1. Klasifikasi kota berdasarkan pertumbuhan kota dan sosio kulturalnya penting untuk mengetahui tingkat pembangunan dan kualitas hidup di berbagai kota di seluruh dunia. 2. Klasifikasi kota dapat dibagi menjadi tiga kategori utama kota yang mengalami pertumbuhan yang signifikan, kota yang mengalami pertumbuhan moderat, dan kota yang mengalami pertumbuhan rendah. 3. Kota yang mengalami pertumbuhan yang signifikan memiliki tingkat pembangunan yang tinggi, berbagai fasilitas dan layanan modern, serta komunitas yang kaya akan budaya dan tradisi. 4. Kota yang mengalami pertumbuhan moderat memiliki tingkat pembangunan yang lebih rendah dibandingkan kota yang mengalami pertumbuhan yang signifikan, namun masih memiliki berbagai fasilitas dan layanan modern serta komunitas yang kaya akan budaya dan tradisi. 5. Kota yang mengalami pertumbuhan rendah memiliki tingkat pembangunan yang rendah dan kurangnya berbagai fasilitas dan layanan modern, namun masih memiliki komunitas yang kaya akan budaya dan tradisi. 6. Dengan mengetahui klasifikasi kota berdasarkan pertumbuhan kota dan sosio kulturalnya, kita dapat memahami lebih lanjut tentang kualitas hidup yang berbeda di berbagai kota di seluruh dunia. 7. Dengan informasi ini, kita dapat mengembangkan strategi yang tepat untuk meningkatkan kualitas hidup di kota-kota dengan pertumbuhan yang rendah atau moderat. 1. Klasifikasi kota berdasarkan pertumbuhan kota dan sosio kulturalnya penting untuk mengetahui tingkat pembangunan dan kualitas hidup di berbagai kota di seluruh dunia. Klasifikasi kota berdasarkan pertumbuhan kota dan sosio kulturalnya adalah cara untuk mengukur tingkat pembangunan dan kualitas hidup di berbagai kota di seluruh dunia. Kota adalah kumpulan tempat tinggal manusia yang dihubungkan oleh infrastruktur transportasi dan komunikasi. Kebanyakan kota memiliki aspek-aspek tertentu yang membedakannya dari kota lain. Sebagai contoh, kota-kota yang berkembang pesat akan memiliki tingkat pertumbuhan yang lebih tinggi daripada kota-kota yang tidak berkembang. Klasifikasi kota berdasarkan pertumbuhan kota dan sosio kulturalnya penting untuk mengetahui tingkat pembangunan dan kualitas hidup di berbagai kota di seluruh dunia. Sebagai contoh, kota-kota yang memiliki tingkat pertumbuhan yang tinggi cenderung memiliki pendapatan yang lebih tinggi dan tingkat kemiskinan yang lebih rendah daripada kota-kota yang memiliki tingkat pertumbuhan yang lebih rendah. Selain tingkat pertumbuhan, klasifikasi kota juga dapat berdasarkan sosio kultural. Kota yang memiliki tingkat kesadaran yang tinggi terhadap budaya dan nilai-nilai masyarakatnya cenderung memiliki tingkat kualitas hidup yang lebih tinggi daripada kota-kota yang kurang sensitif terhadap nilai-nilai masyarakatnya. Klasifikasi kota berdasarkan pertumbuhan kota dan sosio kulturalnya tidak hanya penting untuk menilai kualitas hidup di berbagai kota, tetapi juga untuk membantu perencanaan pembangunan. Dengan mengetahui tingkat pertumbuhan dan sosio kultural suatu kota, perencana pembangunan dapat menyesuaikan rencana pembangunan yang sesuai dengan kebutuhan kota tersebut. Hal ini penting untuk memastikan bahwa pembangunan yang dilakukan memberikan manfaat yang optimal bagi warga kota tersebut. Klasifikasi kota berdasarkan pertumbuhan kota dan sosio kulturalnya penting untuk mengetahui tingkat pembangunan dan kualitas hidup di berbagai kota di seluruh dunia. Dengan mengetahui tingkat pertumbuhan dan sosio kultural suatu kota, perencana pembangunan dapat menyesuaikan rencana pembangunan yang sesuai dengan kebutuhan kota tersebut. Hal ini penting untuk memastikan bahwa pembangunan yang dilakukan memberikan manfaat yang optimal bagi warga kota tersebut. Dengan demikian, klasifikasi kota berdasarkan pertumbuhan kota dan sosio kulturalnya penting untuk mengetahui tingkat pembangunan dan kualitas hidup di berbagai kota di seluruh dunia. 2. Klasifikasi kota dapat dibagi menjadi tiga kategori utama kota yang mengalami pertumbuhan yang signifikan, kota yang mengalami pertumbuhan moderat, dan kota yang mengalami pertumbuhan rendah. Klasifikasi kota berdasarkan pertumbuhannya dan sosio kulturalnya dapat dibagi menjadi tiga kategori utama, yaitu kota yang mengalami pertumbuhan yang signifikan, kota yang mengalami pertumbuhan moderat, dan kota yang mengalami pertumbuhan rendah. Kota yang mengalami pertumbuhan yang signifikan biasanya mengalami peningkatan populasi yang signifikan. Hal ini dapat terlihat dari peningkatan jumlah penduduk, peningkatan ketersediaan fasilitas, seperti jalan, listrik, transportasi, dan lainnya. Selain itu, kota yang mengalami pertumbuhan yang signifikan juga biasanya menawarkan berbagai macam peluang untuk investasi dan memperluas jangkauan bisnis. Pertumbuhan yang signifikan juga seringkali didukung oleh pemerintah dan perusahaan swasta untuk meningkatkan kualitas hidup penduduk. Kota yang mengalami pertumbuhan moderat adalah kota yang mengalami peningkatan populasi, namun tidak sebesar kota yang mengalami pertumbuhan yang signifikan. Pada kota yang mengalami pertumbuhan moderat, peningkatan fasilitas yang tersedia umumnya tidak sebanyak di kota yang mengalami pertumbuhan yang signifikan. Pada kota yang mengalami pertumbuhan moderat, masyarakat cenderung lebih tertutup dan jarang menawarkan berbagai peluang investasi. Kota yang mengalami pertumbuhan rendah adalah kota yang populasinya tidak meningkat banyak. Pada kota yang mengalami pertumbuhan rendah, peningkatan fasilitas yang tersedia juga tidak sebanyak di kota yang mengalami pertumbuhan yang signifikan. Tidak seperti kota yang mengalami pertumbuhan yang signifikan dan moderat, kota yang mengalami pertumbuhan rendah cenderung menjadi lebih tertutup dan jarang menawarkan peluang investasi. Selain klasifikasi kota berdasarkan pertumbuhannya, ada juga klasifikasi kota berdasarkan sosio kulturalnya. Kota yang memiliki kultur yang beragam, dengan banyak kelompok etnis berbeda, disebut sebagai kota multikultural. Kota multikultural biasanya memiliki komunitas yang berbeda-beda dengan berbagai budaya, tradisi, dan kepercayaan yang berbeda. Kota yang memiliki kultur yang beragam biasanya menjadi pusat perdagangan, bisnis, dan kesenian. Kota yang memiliki kultur yang homogen disebut sebagai kota monokultural. Kota monokultural biasanya memiliki populasi yang dominan dari satu kelompok etnis, budaya, dan agama. Kota monokultural biasanya memiliki komunitas yang kurang terbuka, dan seringkali lebih tertutup daripada kota multikultural. Kota monokultural biasanya juga lebih terfokus pada satu jenis industri, seperti perkebunan, pertambangan, dan lainnya. Klasifikasi kota berdasarkan pertumbuhannya dan sosio kulturalnya dapat membantu pemerintah dan investor untuk menentukan strategi yang tepat untuk mengembangkan kota. Dengan memahami klasifikasi kota tersebut, pemerintah dan investor dapat mengidentifikasi kota mana yang memiliki potensi untuk meningkatkan pertumbuhan dan menyediakan fasilitas yang lebih baik bagi penduduknya. 3. Kota yang mengalami pertumbuhan yang signifikan memiliki tingkat pembangunan yang tinggi, berbagai fasilitas dan layanan modern, serta komunitas yang kaya akan budaya dan tradisi. Kota yang mengalami pertumbuhan yang signifikan mencerminkan tingkat pembangunan yang tinggi dan berbagai fasilitas dan layanan modern. Ini adalah kota yang memiliki perekonomian yang kuat dan berkembang, yang menarik minat investor dan bisnis baru. Dengan pertumbuhan yang signifikan, kota ini biasanya memiliki jalur transportasi yang baik, seperti jalan, jembatan, dan akses transportasi umum. Kota ini juga memiliki berbagai fasilitas, seperti sekolah, rumah sakit, pusat perbelanjaan, dan berbagai fasilitas umum lainnya. Selain pembangunan dan layanan modern, kota yang mengalami pertumbuhan yang signifikan juga memiliki komunitas yang kaya akan budaya dan tradisi. Komunitas ini biasanya terdiri dari berbagai latar belakang budaya dan etnis yang beragam. Komunitas ini menyebabkan kota ini menjadi lebih toleran dan kurang terhadap budaya dan tradisi yang berbeda. Ini menciptakan kondisi yang kondusif untuk pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan tingkat kesejahteraan masyarakat. Kota yang mengalami pertumbuhan yang signifikan juga biasanya memiliki komunitas yang beragam. Ini berarti bahwa kota ini memiliki berbagai macam kelas sosial yang berbeda. Masyarakat kota ini biasanya memiliki berbagai macam latar belakang ekonomi, pendidikan, dan budaya yang berbeda. Ini membantu untuk menciptakan suasana yang inklusif dan toleran. Kota yang mengalami pertumbuhan yang signifikan juga biasanya memiliki komunitas yang kaya akan budaya dan tradisi. Kota ini memiliki berbagai macam budaya dan tradisi yang berbeda, seperti makanan, seni, dan bahasa. Ini membantu untuk menciptakan suasana yang beragam dan kaya budaya. Ini juga membantu untuk menjaga budaya yang berbeda dan menghormati budaya yang berbeda. Kota yang mengalami pertumbuhan yang signifikan memiliki berbagai macam fasilitas dan layanan modern, komunitas yang kaya akan budaya dan tradisi, dan lingkungan yang toleran dan inklusif. Ini membantu untuk menciptakan suasana yang baik untuk berinvestasi dan meningkatkan tingkat kesejahteraan masyarakat. Kota ini juga memiliki berbagai macam kelas sosial yang berbeda, yang membantu untuk menciptakan suasana yang toleran dan ramah. Dengan semua fasilitas dan layanan yang ditawarkan, kota yang mengalami pertumbuhan yang signifikan memiliki banyak manfaat bagi masyarakat yang tinggal di dalamnya. 4. Kota yang mengalami pertumbuhan moderat memiliki tingkat pembangunan yang lebih rendah dibandingkan kota yang mengalami pertumbuhan yang signifikan, namun masih memiliki berbagai fasilitas dan layanan modern serta komunitas yang kaya akan budaya dan tradisi. Kota yang mengalami pertumbuhan moderat memiliki tingkat pembangunan yang lebih rendah dibandingkan kota yang mengalami pertumbuhan yang signifikan. Namun, kota-kota ini masih memiliki berbagai macam fasilitas dan layanan yang modern, seperti jalan, sekolah dan pusat layanan kesehatan. Mereka juga memiliki komunitas yang kaya akan budaya dan tradisi. Kota-kota ini biasanya berada di sekitar wilayah pedesaan atau di daerah yang jarang mendapatkan perhatian dari pemerintah. Kota-kota yang mengalami pertumbuhan moderat biasanya memiliki struktur ekonomi yang lebih berbasis lokal dan masyarakatnya lebih berkonsentrasi pada usaha ekonomi skala kecil. Selain itu, masyarakatnya juga relatif lebih tertutup dan memiliki kesadaran budaya yang tinggi. Mereka juga lebih cenderung mempertahankan tradisi dan nilai-nilai lokal. Kota-kota yang mengalami pertumbuhan moderat juga memiliki akses ke sumber daya alam yang lebih terbatas dibandingkan kota-kota yang mengalami pertumbuhan yang signifikan. Ini berarti bahwa mereka harus menggunakan sumber daya yang ada dengan lebih efisien. Pada kenyataannya, kota-kota ini juga lebih terbuka terhadap berbagai teknologi dan inovasi baru dibandingkan kota-kota yang mengalami pertumbuhan yang signifikan. Kota-kota yang mengalami pertumbuhan moderat juga cenderung memiliki tingkat kejahatan yang relatif rendah. Mereka juga biasanya memiliki tingkat kesejahteraan yang lebih tinggi dibandingkan kota-kota yang mengalami pertumbuhan yang signifikan. Hal ini karena masyarakatnya yang lebih terintegrasi dan hubungan sosial yang lebih erat. Kesimpulannya, kota-kota yang mengalami pertumbuhan moderat memiliki tingkat pembangunan yang lebih rendah dibandingkan kota-kota yang mengalami pertumbuhan yang signifikan, namun masih memiliki berbagai macam fasilitas dan layanan modern serta komunitas yang kaya akan budaya dan tradisi. Masyarakatnya juga lebih tertutup dan memiliki kesadaran budaya yang tinggi, serta lebih terbuka terhadap berbagai teknologi dan inovasi baru. Selain itu, kota-kota ini juga biasanya memiliki tingkat kejahatan yang relatif rendah dan tingkat kesejahteraan yang lebih tinggi. 5. Kota yang mengalami pertumbuhan rendah memiliki tingkat pembangunan yang rendah dan kurangnya berbagai fasilitas dan layanan modern, namun masih memiliki komunitas yang kaya akan budaya dan tradisi. Kota yang mengalami pertumbuhan rendah adalah kota yang tidak mengalami peningkatan angka penduduk yang signifikan. Kota-kota ini mungkin tidak memiliki banyak fasilitas dan layanan modern karena tidak ada banyak upaya untuk membangunnya. Mereka mungkin juga memiliki tingkat pembangunan yang rendah dan tidak mengalami peningkatan dalam jumlah penduduk. Kota-kota dengan pertumbuhan rendah juga mungkin kurang memiliki akses ke layanan modern seperti transportasi umum, jaringan listrik, air bersih, dan lain-lain. Mereka mungkin juga memiliki tingkat populasi yang lebih rendah daripada kota-kota lain di sekitarnya. Walaupun kota-kota dengan pertumbuhan rendah memiliki tingkat pembangunan yang rendah dan kurangnya berbagai fasilitas dan layanan modern, namun masih memiliki komunitas yang kaya akan budaya dan tradisi. Mereka memiliki budaya dan tradisi yang telah lama ada dan tetap kuat, meskipun terkadang kurang terkenal. Mereka juga memiliki kebudayaan dan tradisi yang berbeda dari kota-kota lain di sekitarnya. Kota-kota dengan pertumbuhan rendah juga mungkin memiliki tingkat kualitas hidup yang lebih rendah daripada kota-kota lain. Mereka mungkin juga memiliki tingkat pendapatan yang lebih rendah, tingkat kejahatan yang lebih tinggi, dan kurangnya akses ke layanan kesehatan. Kota-kota dengan pertumbuhan rendah dapat diperbaiki dengan membangun fasilitas dan layanan modern dan meningkatkan tingkat pembangunan. Ini akan membantu meningkatkan kualitas hidup masyarakat dan meningkatkan tingkat pendapatan mereka. Ini juga akan membantu melindungi dan memelihara budaya dan tradisi mereka. Kota-kota yang mengalami pertumbuhan rendah memiliki tingkat pembangunan yang rendah dan kurangnya berbagai fasilitas dan layanan modern, namun masih memiliki komunitas yang kaya akan budaya dan tradisi. Ini adalah klasifikasi kota berdasarkan pertumbuhan kota dan sosio-kulturalnya. Dengan meningkatkan tingkat pembangunan dan meningkatkan akses ke layanan modern, kota-kota ini dapat meningkatkan kualitas hidup masyarakatnya dan melindungi budaya dan tradisi lokalnya. 6. Dengan mengetahui klasifikasi kota berdasarkan pertumbuhan kota dan sosio kulturalnya, kita dapat memahami lebih lanjut tentang kualitas hidup yang berbeda di berbagai kota di seluruh dunia. Klasifikasi kota berdasarkan pertumbuhan kota dan sosio kulturalnya adalah salah satu cara untuk mengklasifikasikan kota berdasarkan faktor seperti kepadatan populasi, tingkat urbanisasi, dan kualitas lingkungan. Klasifikasi ini digunakan untuk mengevaluasi kondisi kota secara keseluruhan dan untuk memahami perbedaan kualitas hidup yang ada di berbagai kota di seluruh dunia. Pertama, kota dapat diklasifikasikan berdasarkan tingkat pertumbuhannya. Kota yang sedang tumbuh atau berkembang dapat diklasifikasikan sebagai kota yang tumbuh atau berkembang. Kota ini memiliki populasi yang tumbuh cepat dan tingkat urbanisasi yang tinggi. Kota yang sedang berkembang biasanya memiliki infrastruktur yang lebih baik, tingkat pendidikan yang lebih tinggi, dan tingkat kemiskinan yang lebih rendah dibandingkan dengan kota yang lebih statis. Kedua, kota juga dapat diklasifikasikan berdasarkan sosio-kulturalnya. Kota yang memiliki sosio-kultural yang kuat biasanya memiliki tingkat anarkisme dan kriminalitas yang lebih rendah, serta tingkat pendidikan yang lebih tinggi dibandingkan dengan kota yang memiliki sosio-kultural yang lebih lemah. Kota dengan sosio-kultural yang kuat juga biasanya memiliki tingkat pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi, tingkat kesejahteraan yang lebih tinggi, dan tingkat kemiskinan yang lebih rendah. Dengan mengetahui klasifikasi kota berdasarkan pertumbuhan kota dan sosio kulturalnya, kita dapat memahami lebih lanjut tentang kualitas hidup yang berbeda di berbagai kota di seluruh dunia. Klasifikasi ini juga dapat membantu kita memahami karakteristik kota yang berbeda dan bagaimana hal tersebut dapat mempengaruhi tingkat kualitas hidup di kota tersebut. Klasifikasi ini juga dapat membantu kita memahami bagaimana kota dapat meningkatkan kualitas hidup untuk warganya dengan memperhatikan faktor-faktor seperti tingkat pertumbuhan, sosio-kultural, infrastruktur, dan tingkat pendidikan. 7. Dengan informasi ini, kita dapat mengembangkan strategi yang tepat untuk meningkatkan kualitas hidup di kota-kota dengan pertumbuhan yang rendah atau moderat. Klasifikasi kota berdasarkan pertumbuhan kota dan sosio kulturalnya merupakan salah satu cara untuk mengklasifikasikan kota berdasarkan tingkat pertumbuhannya dan sosio kultural yang mempengaruhi kualitas hidup di wilayah tersebut. Berdasarkan faktor ini, kota dapat diklasifikasikan menjadi empat kategori yaitu kota super, kota metropolitan, kota berkembang dan kota yang relatif tenang. Kota super adalah kota yang memiliki pertumbuhan ekonomi dan populasi yang sangat cepat. Ini dapat dilihat dari jumlah penduduk yang bertambah setiap tahunnya dan juga tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Kota super biasanya menjadi lebih kaya dan berpenghasilan lebih tinggi daripada kota lain di sekitarnya. Kota metropolitan adalah kota yang memiliki tingkat pertumbuhan kota yang moderat. Kota metropolitan memiliki tingkat pertumbuhan yang lebih stabil daripada kota super dan berkembang. Namun, kota metropolitan biasanya memiliki komunitas yang lebih terorganisir dan lebih mapan dibandingkan kota super. Kota yang berkembang adalah kota yang memiliki pertumbuhan yang lebih lambat daripada kota metropolitan. Kota berkembang biasanya memiliki tingkat pengeluaran dan pendapatan yang lebih rendah daripada kota metropolitan. Juga, kota berkembang biasanya memiliki komunitas yang lebih terkotak-kotak dan kurang terorganisir. Kota yang relatif tenang adalah kota yang memiliki pertumbuhan yang sangat lambat. Kota ini biasanya memiliki tingkat pendapatan dan pengeluaran yang lebih rendah daripada kota berkembang. Juga, kota ini biasanya memiliki komunitas yang lebih terisolasi dan kurang terorganisir. Klasifikasi kota berdasarkan pertumbuhan kota dan sosio kulturalnya sangat berguna untuk memahami kondisi dan situasi masyarakat di suatu wilayah. Dengan informasi ini, kita dapat mengembangkan strategi yang tepat untuk meningkatkan kualitas hidup di kota-kota dengan pertumbuhan yang rendah atau moderat. Misalnya, pemerintah dapat meningkatkan pelayanan publik, pembangunan infrastruktur, dan peningkatan akses pendidikan untuk meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat di kota tersebut. Pemerintah juga dapat menciptakan program yang dirancang untuk membantu masyarakat yang paling membutuhkan, seperti program bantuan sosial. Ini akan membantu masyarakat untuk meningkatkan kualitas hidup mereka dan membantu pemerintah untuk meningkatkan tingkat kemampuan sosial dan ekonomi masyarakat. Dengan demikian, pemerintah dapat menciptakan kemajuan dan kestabilan ekonomi di wilayah tersebut.
Acr583. gbbv607icd.pages.dev/300gbbv607icd.pages.dev/306gbbv607icd.pages.dev/285gbbv607icd.pages.dev/223gbbv607icd.pages.dev/208gbbv607icd.pages.dev/297gbbv607icd.pages.dev/206gbbv607icd.pages.dev/36gbbv607icd.pages.dev/335
sebutkan klasifikasi kota berdasarkan pertumbuhan kota dan sosio kulturalnya